Luput Dari Perhatian Pemkab Lamtim, Syamsiah Janda (25), Waringin Jaya Kecamatan Bandar Sribhawono : Begini Nasib nya

1 min read

Lampung Timur – Ditinggal suami tanpa kabar, syamsiah bertahan hidup di gubuk derita. “Hidup saya kayak gini dari dulu, tapi udah tau kayak gini kok nggak ada yang bantu ya ?” Begitu lah pertanyaan Syamsiah sambil tersenyum dalam kesedihan. Kamis(30/1/2025).

 

Syamsiah janda 25th, yang merupakan warga Kabupaten Lampung Timur, tinggal di Desa Waringin Jaya, Kecamatan Bandar Sribhawono, Lampung.

 

Hidup layak di rumah yang pantas adalah impian setiap keluarga, berbeda dengan Syamsiah setelah ditinggal suami saat dia hamil hingga sekarang, hidupnya serba tak menentu. Bagi Syamsiah mendapatkan kehidupan yang layak adalah hal yang tak mungkin.

 

Dalam akun Facebook Bang Rizal, Syamsiah tinggal di rumah tak layak huni, bersama satu anak dan dua orang saudara laki-laki. Rumah berukuran 2×3 m, tak ubahnya kandang ternak bahkan lebih buruk dari kandang hewan. Padahal mereka adalah manusia juga, punya hak hidup yang pantas di rumah yang layak’ujarnya.

 

Lihat lah rumah yang mereka tempati sangat jauh dari kata layak huni, berlantai tanah, tiang penyangga sudah lapuk, dinding bolong-bolong, atap bocor, tidak ada ruang tamu, kamar tidur, dapur, sumur, kamar mandi, listrik, kompor, alat memasak dll. Yang ada hanya, dua tempat tidur kecil diruang yang sempit, penuh tumpukan baju bekas dalam satu ruangan yang sempit dihuni oleh 4 orang manusia, layaknya seperti hewan.

 

Lebih lanjut ia menjelaskan dalam akun Facebook, Selain tempat tinggal yang tidak layak, Syamsiah juga sering sakit-sakitan, sering pusing secara tiba-tiba, penglihatan mulai buram akibat vertigo. Begitu juga kakaknya yang mengalami stres/depresi, akibat tekanan batin. Tidak ada warga sekitar yang mau mempekerjakan mereka sebagai buruh tani atau buruh serabutan. Sementara mereka butuh hidup yang layak, makan minum untuk kelangsungan hidupnya. Jelas bang Rizal.

 

Syamsiah tidak punya lahan untuk digarap, sedangkan lahan yang ditempati pun milik orang lain. Syamsiah tidak bisa berbuat banyak karena tidak punya modal untuk usaha, tidak punya kendaraan untuk transportasi. Jangankan untuk modal usaha untuk berobat ke puskesmas saja, syamsiah tidak mampu karena tidak punya uang dan tidak punya jaminan kesehatan (BPJS).

 

Lengkap penderitaan Syamsiah, selain harus tinggal di rumah sempit tak layak huni berukuran 2×3 m, dia tidak punya sumber penghasilan bagi keluarga. Tidak ada suami yang mendampingi, tidak ada orang tua tempat bergantung, tidak ada saudara yang bisa diandalkan untuk meminta pertolongan.

 

Selain itu, Syamsiah juga terkendala berkenaan biaya pendidikan anaknya Naufal 8th, saat ini kelas 1 SD itupun masuk sekolah sudah terlambat dari usia normal, Syamsiah tidak punya uang untuk beli sepatu, baju, buku, apalagi jajan sekolah mesky Rp. 2000/hari, ini sangat memberatkan karena Syamsiah tidak punya sumber penghasilan.

 

Syamsiah hampir berputus asa untuk melanjutkan kehidupannya sebagai manusia makhluk Tuhan. Di tengah sulitnya kehidupan yang dialami, dia tetap berusaha semangat, dihadapan anaknya. Syamsiah berusaha agar kuat menjalani hidup meskipun serba dalam kekurangan demi masa depan Naufal anaknya semata wayang ditinggal ayah sejak dalam kandungan tanpa kabar berita.

 

Dalam hal ini sangat banyak pertanyaan kemanakah Pemkab Lampung Timur, sehingga Syamsiah lepas dari pengamatan. Wakil rakyat harus lebih perhatian bukan perhatian dengan diri sendiri, jangan sampai muncul pemikiran bahwa uang rakyat jadi di hambur-hamburkan dengan tujuan memperkaya oknum. (Heri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *